Konseling Pendekatan Generasi Z, PCR Hadirkan Analisa Widyaningrum pada Seminar Guru BK 2020

Pekanbaru (5/2) - Politeknik Caltex Riau (PCR) kembali menggelar kegiatan seminar Guru Bimbingan Konseling (BK) pada Rabu 5 Februari 2020. Dalam kegiatan ini PCR mendatangkan narasumber Analisa Widyaningrum.

 

Analisa Widyaningrum merupakan seorang psikolog muda yang juga penggagas sekolah kepribadian yang diberi nama Analisa Personality Development Center (APDC) dan juga memiliki konsern terhadap pendidikan karakter.

Kegiatan diawali oleh sambutan dari Direktur Politeknik Caltex Riau Dr. Dadang Syarif Sihabudin Sahid, S.Si., M.Sc. Dalam sambutannya dadang mengatakan ada sekitar 200 guru BK yang datang dan mengikuti seminar dengan tema Konseling Pendekatan Generasi Z ini.

"Tak hanya dari Riau, peserta bahkan ada yang datang dari luar Riau. Seperti tadi yang dapat infonya ada yang datang dari Sumbar," ujar Dadang

Ia menjelaskan kegiatan seminar BK ini adalah kegiatan tahunan yang dilakukan oleh PCR. 

"Memang semua penting, tak hanya masalah BK saja yang penting, tapi setelah dilakukan Mapping dan Prioritas, BK menjadi salah satu prioritas yang harus ditangani. Lalu kenapa PCR fokus ke masalah BK, yang pertama adalah karena input dari PCR ini adalah SMA. Kita ingin memastikan juga yang masuk PCR adalah anak-anak yang punya pemahaman yang sama dan setelah dididik oleh guru dengan kualifikasi dan training yang lumayan baik. Jadi inilah sarana kita. Walaupun sebenarnya ini masih kecil dibanding peran bagaimana meningkatkan kualitas guru secara umum," Cakapnya.

Oleh karena PCR yang nantinya akan terdampak sebagai penerima siswa-siswa, maka ikut berkontribusi. "Terlebih lagi program seperti ini memang jarang dilakukan oleh dinas. Oleh karena itu kita ingin berkontribusi," ungkapnya.

Sementara itu, Analisa Widyaningrum mengatakan seluruh guru seharusnya harus bisa menjadi teman belajar untuk siswa atau anak. Terlebih bagi seorang guru BK yang memang diperhatikan oleh mereka adalah ranah psikologi.

"Psikologi inikan sebuah perilaku yang tidak tampak. Seperti ada anak sedih, frustasi, marah, itukan tidak nampak. Untuk itu guru BK harus lebih peka dibanding guru-guru yang lain," jelasnya.

Kemudian yang menjadi tantangan di era teknologi seperti sekarang ini adalah ketika murid-murid sudah sangat dekat dengan teknologi, BK harus bisa mengubah image dulu bahwa BK bukan lagi jadi tempat anak-anak bermasalah.

"Mengubah image ini memang tidak mudah. Caranya bagaimana? Yang paling utama adalah guru BK tidak boleh melakukan pendekatan dengan cara militer. Jadi memang guru BK harus bisa memahami bahwa generasi Z ini adalah generasi yang lebih dekat dengan teknologi, generasi yang lebih rentan terhadap masalah-masalah psikologis seperti stres dan lain sebagainya," terangnya.

Kerentanan terhadap teknologi yang membuat mereka stres psikologis ini harus dipahami oleh guri BK. Jadi sifatnya bukan hanya menyelesaikan atau problem solving tapi harus preventif.

"Jadi guru BK itu harus secara kreatif merubah imagenya itu mulai dari seperti membuat media-media seperti pamflet atau psikoedukasi ke kelas-kelas. Atau bisa juga dengan menggelar seminar dengan mengundang orang tua, bahwa peran orangtua sangat penting untuk perkembangan psikologis siswa, kemudian juga adanya komunikasi yang intens antara orang tua dengan guru," terangnya.

"Dan itu sudah bisa dilakukan oleh guru-guru BK saat ini untuk menghadapi generasi Z yang berbeda dengan generasi sebelumnya," imbuhnya.

Selain itu, pada kegiatan ini juga diisi penjelasan tentang Politeknik Caltex Riau oleh Wakil Direktur Bidang Pemasaran, Kerja Sama dan Alumni Muhammad Ihsan Zul, S.Pd., M.Eng. dan juga permainan hiburan ice breaking yang dipimpin Sugeng Purwantoro ESGS, S.T., M.T.

  • Berita
Bagikan ke teman